Kenapa Indonesia bisa bebas selamat dari krisis finansial global 2008?
Ini pertanyaan yang bagi sebagian orang mungkin tidak perlu dipertanyakan. Selamat ya selamat aja, alhamdulillah, habis perkara! Tapi bagi para pengamat, dan segelintir orang yang mengikuti peristiwa demi peristiwa di balik peristiwa yang tampak di permukaan, ini menarik, karena ini sungguh sesuatu misteri pembelajaran bagi kedewasaan dalam berniat, berpikir, dan bertindak dalam skala berbangsa. Ada fenomena Outside and Inside!
Seperti diketahui bahwa tatkala negara-negara maju di dunia mengalami krisis finansial yang hebat 2008-2013, Indonesia merupakan salah satu negara - selain China - yang selamat dari resesi bahkan berhasil mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi di atas 6% per tahun. Ini suatu prestasi yang fenomenal bahkan fantastis di mata dunia.
Pertanyaannya, apakah prestasi fenomenal ini berkat kepemimpinan pemerintah, lebih khusus lagi, apakah ini berkat kepemimpinan Presiden SBY?
Atau,... ada sesuatu kekuatan yang lain yang tak kelihatan tapi nyata bekerja di luar itu?
Bagi yang meyakini bahwa prestasi fenomenal ini berkat kepemimpinan pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden SBY, ini amat sangat logis, dan bukti-buktinya pun ada. Ini dia bukti-buktinya:
1. Wapres Boediono menjelaskan kepada tamunya Mr. Volker Kauder, ketua CDU-CSU Parliamentary Group -semacam "setgab partai koalisi pemenang pemilu di Indonesia", tatkala ditanya apa resepsnya? maka jawabannya adalah itu semua berkat sumber daya alam yang melimpah, pasar domestik yang besar, kebijaksanaa ekonomi yang konservatif dan penanganan fiskal yang konservatif.
2. Chairman Morgan Stanley Steven Roach, dalam media briefing di Pasific Place, Kawasan SBBD Semanggi Expo, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (4/11/2008) menilai bahwa fundamental ekonomi Indonesia saat ini lebih baik dalam menghadapi krisis global, jika dibandingkan dengan krisis 10 tahun yang lalu. Itulah sebabnya JP Morgam membuka usahanya di Indonesia.
3. Presiden SBY, dalam sambutannya pada pembukaan acara International Conference Focus on Indonesia Enonomy (21/07/2011) di Hotel Shangri-La, Jakarta menyebutkan bahwa:
"Ada tiga alasan, saya mengajak kita semua memiliki keyakinan,
memiliki confidence yang kuat.
Pertama, lebih dari lima tahun terakhir ini, trend
ekonomi kita terus membaik, progress-nya nyata, real, misalnya
Saudara melihat growth job creation, poverty reduction, GDP, per capita
income, and other economic fundamentals, saya kira data, angka, statistik
itu hampir pasti Saudara-saudara miliki. Saya hanya ingin menyebut empat contoh
saja untuk membuktikan, bahwa our economy is progressing well.
GDP kita tahun 2000 berjumlah 1.340 triliun rupiah, lima tahun
kemudian, tahun 2000 ke 2004, menjadi 2.296 triliun rupiah, hampir dua kalinya,
tetapi sekarang tahun 2011, kurang lebih enam tahun setelah itu menjadi lebih
dari 7.250 triliun rupiah, ini setara lebih dari 750 billion US$.
Income per capita tahun 2000, 779 US$; tahun 2004, 1.186 US$;
lima tahun kemudian 2.000 lebih, sekarang , posisi tadi pagi saya cek ke BPS
3.500 US$.
Cadangan devisa tahun 2000, 29,4 milyar US$; tahun 2004, 4
tahun hanya naik tipis jadi 36 billion US$, sekarang menjadi 120
billion US$.
GDP ratio, tahun 2000, 88,9; GDP kita untuk menanggung hutang,
itu sudah habis hampir 90%, sekarang sudah mencapai 25,7%, membaik secara
signifikan.
Ini contoh saja, tentu ada banyak contoh lagi bahwa, the
progress is real, nyata.
Kedua, mengapa kita patut optimis dan perlu memiliki keyakinan
yang tinggi, Ekonomi Indonesia selamat dari krisis ekonomi global 2008-2009
Saudara-saudara tahu semua. Ada tiga negara yang masuk G-20, yang memiliki
pertumbuhan positif, yaitu Tiongkok, India, dan kemujdian Indonesia. Berbeda
memori kita dengan tahun 1998, 1999, ekonomi Indonesia colapse, hancur,
sangat sulit waktu itu, dan kita memetik pelajaran, mengapa kita pada posisi
yang sangat terpuruk? Pertama, dulu our fundamentals yang belum kokoh
semuanya, ada policy errors, baik policy kita sendiri, sebagian dari resep IMF,
ada crisis of confidence, panik, oleh karena itulah ketika kita mulai
tahu dunia mengalami krisis lagi, 2008 kemarin, kita melaksanakan
response yang cepat untuk tidak terulang kembali, kepanikan, hilangnya
kepercayaan, kebijakan yang keliru, sebagaimana yang terjadi pada kriris 1998
dan krisis 1999, dua itu juga nyata.
Ketiga, kita tahu bahwa di Indonesia sekarang ini masih banyak
permasalahan yang cukup mendasar yang kita hadapi. Contoh, infrastruktur kita
kurang di banyak daerah, economic infrastructure termasuk listrik masih
adanya bottlenecking, termasuk policy dan regulations yang
menghambat; masih terjadi kasus-kasus korupsi, dan birokrasi yang kurang
responsif, termasuk masih adanya kebijakan dan regulasi daerah yang tidak
kondusif bagi investasi dan kegiatan bisnis. Apa artinya semuanya ini? Artinya,
jika reformasi dan perbaikan yang kita lakukan ini secara intensif berhasil
memperbaiki banyak hal, melalui continues reform and improvement, dan
kemudian jika lebih banyak lagi kita bangun infrastruktur, dan itu memungkinkan
karena growth kita kuat, revenue kita makin besar, government
spending juga makin besar, it means we are more capable, pastilah menuju 2025,
ten to fifteen years from now, ekonomi kita akan terus tumbuh kuat, tumbuh yang
kita harapkan adalah strong, balance, inclusive, and
sustainable.
Saya mengajak untuk membangun keyakinan, self convidence bahwa kita bisa lebih baik 10-15 tahun mendatang. pertanyaan kemudian adalah, apa yang hendak kita tuju dan kita capai? What are our strategic long term goals in our economic development? Yang kita hendak tuju, bukan sekedar growth, tetapi hakikatnya adalah makin baiknya, atau meningkatnya standard of living, equality of human life, the welfare of the people, itulah development goals bagi negara berkembang seperti Indonesia, itulah long term goals yang harus kita capai. Dari perspektif ekonomi, kesejahteraan rakyat seperti itu akan kita capai jika kita tumbuh kuat dan berkelanjutan, strong and sustain growth, tetapi sebagaimana disinggung oleh Saudara Fadel Muhammad tadi, yang kita tuju adalah growth with equity. Mengapa saya menggarisbawahi growth, economic growth? Logika pertama adalah sebuah mata rantai. Jika growth kita strong, job will be created. Kalau ada job, orang akan mendapatkan income, better income. Dengan mendapatkan income yang baik there will be less poor. Dengan demikian, sebetulnya ada mata rantai antara growth dengan poverty reduction. Oleh karenanya, lima belas tahun mendatang menuju emerging economy Insya Allah, agenda dan sasaran utama kita di bidang ekonomi mencapai strong growth with equity. Bagaimana kita bisa mencapainya?
Ada empat approach menurut pendapat saya yang sekarang pun
sedang kita lakukan, harus makin kita sukseskan untuk betul-betul Indonesia
memiliki strong and sustain growth.
Pertama dari demand side economy, growth itu equal dengan consumption, government expenditure, investment, net export and import. Mari kita berfikir meningkatkan investasi di seluruh tanah air, investment, tentu government spending juga perlu, export juga perlu, mari kita menuju ke situ.
Pertama dari demand side economy, growth itu equal dengan consumption, government expenditure, investment, net export and import. Mari kita berfikir meningkatkan investasi di seluruh tanah air, investment, tentu government spending juga perlu, export juga perlu, mari kita menuju ke situ.
Approach yang kedua adalah dari sektor riil, the real
economy. Mari kita dorong sektor-sektor riil unggulan yang bisa meningkatkan
competitiveness kita, meningkatkan production kita, output
kita, misalnya agriculture masih ada ruang, industry dan
services unggulan, untuk betul-betul menjadi prime movers dalam
pembangunan ekonomi sepuluh, lima belas tahun mendatang. Itu approch yang
kedua.
Third approach adalah dari supply side economic,
jangan hanya demand side, apakah sudah betul kita punya tax policy
and other economic policies, apakah sudah betul infrastructure
needed, kalau kita bicara dari supply side economic termasuk power
electricity.
Dan approach yang keempat dari production functions
in the long run, kuatnya ekonomi sebuah bangsa, manakala kita dekati dari
sisi production functions bahwa output itu adalah fungsi dari
capital labour natural resources. Kita punya di situ. Kemudian,
entrepreneurship kita dorong dan technology. Ini sesuatu yang
very strategic untuk kita tingkatkan, in a long run.
Alhamdulillah ada good news, World Economic Forum pernah
membikin peringkat tentang Global Competitiveness Index. Indonesia pada
tahun 2005, kita pada peringkat 69, bekerja keras kita, tahun 2009 naik ke 54,
dan setahun kemudian, we jump sepuluh peringkat menjadi peringkat 44, dan
oleh karena itu saya diundang ke Davos, bulan Januari yang lalu, untuk ikut
memberikan remarks dalam acara yang prestisius itu, karena
Alhamdulillah kita bisa meningkatkan our competitiveness, meskipun
masih bisa lagi kita genjot, terutama dari segi technology dan other
indicators.
Itulah empat approach yang intinya harus terus kita tingkatkan, untuk betul-betul 10, 15, 20 tahun mendatang, ekonomi kita sungguh strong dan tentunya sustainable. Semua itu, sesungguhnya adalah inti atau esensi dari MP3EI, Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia lima belas tahun mendatang. MP3EI mencakup koridor-koridor ekonomi, ada enam koridor, mencakup zona ekonomi, mencakup industrial clusters, dan juga disebutkan ada dua puluh dua kegiatan ekonomi utama. All those things, sebetulnya adalah untuk meningkatkan investment across the country, yang output-nya in the long run: strong, growth, once again balance, strong, inclusive, and also sustainable. Oleh karena itu, mari kita sukseskan. Saya mengundang dunia usaha, untuk melakukan investasi di seluruh Indonesia. Saya juga meminta pemerintah, baik pusat maupun daerah, terus membikin iklim investasi kita makin baik, makin baik.
Itulah empat approach yang intinya harus terus kita tingkatkan, untuk betul-betul 10, 15, 20 tahun mendatang, ekonomi kita sungguh strong dan tentunya sustainable. Semua itu, sesungguhnya adalah inti atau esensi dari MP3EI, Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia lima belas tahun mendatang. MP3EI mencakup koridor-koridor ekonomi, ada enam koridor, mencakup zona ekonomi, mencakup industrial clusters, dan juga disebutkan ada dua puluh dua kegiatan ekonomi utama. All those things, sebetulnya adalah untuk meningkatkan investment across the country, yang output-nya in the long run: strong, growth, once again balance, strong, inclusive, and also sustainable. Oleh karena itu, mari kita sukseskan. Saya mengundang dunia usaha, untuk melakukan investasi di seluruh Indonesia. Saya juga meminta pemerintah, baik pusat maupun daerah, terus membikin iklim investasi kita makin baik, makin baik.
Ada pertanyaan lain, apakah pembangunan ekonomi yang kita
lakukan benar-benar hanya berorientasi pada growth? Jawabannya kita sudah
tahu, tentu tidak, disamping growth and job, itu pasangannya, dalam teori
ekonomi ada Hukum Okun, Okun Law, manakala ada growth, di situ
tentu job will be created. Di samping growth and job, saya katakan
ada dua sasaran lain, yaitu poverty reduction, dan jangan sampai
social gap ini makin melebar. We have to avoid widening of the social
gap among our people. Yang kedua, the environment must be protected,
jadi ada dua lagi. Inilah sebetulnya tahun 2005, kami kenalkan Triple Track
Strategy, Pro Growth, Pro Job, and Pro Poor Economic
Strategics. Tahun 2009 yang lalu, kami tambahkan satu lagi menjadi
Four Track Strategy, tambah Pro Environment.
Oleh karena itu, saya tidak tahu apa nama dari ideologi dan
sistem ekonomi yang kita pilih ini. Tadi disebutkan, Profesor Thomas menggunakan
istilah tertentu, saya pikir ini juga bisa diistilahkan Equal Market Economy
with Social Justice, bisa begitu, apa barangkali juga sama dengan Equal
Social Market Economy, Equal Social Market Economy Democracy, kalau mau kita
lengkap, kita lakukan seperti itu.
Satu bulan yang lalu, saya diundang di Jenewa untuk menghadiri
sesi ke-100 dari ILO Conference, mengapa kita diundang, Indonesia? Karena
ternyata ada studi yang dilakukan oleh mereka, yaitu Studies on Growth with
Equity. Diam-diam, apa yang kita lakukan ketika menghadapi krisis 2008, 2009
yang lalu, kita dianggap sebagai salah satu model, yang patut diketahui oleh
negara-negara lain. Bagaimana kita me-responds krisis global waktu itu,
yang kita lakukan, dan itu menjadi esensi dari studi yang dibikin oleh ILO.
We boost domestic demand, sambil mengembangkan prudent fiscal
management. Memang kita tidak melakukan which cut, kita
mencegah lay off, unemployment, karena akan menimbulkan persoalan sosial
yang berat, Alhamdulillah pilihan kita itu tidak meleset, dan itulah yang
dianggap berbeda dengan conventional wisdom, kalau ada krisis
pastilah which cut, kemudian financial the regulation, dan
sebagainya.
Kalau ingin kita teruskan, melihat ekonomi kita sepuluh, lima
belas tahun, mendatang, melihat perjalanan pembangunan di negeri kita ini, maka
kita harus bisa menjawab bagaimana kita terus bisa menjaga growth with
equity itu. Saya punya pendapat bahwa there is actual track
approach strategy, di dalam mengurangi kemiskinan. Pertama, we have
to follow the economic mechanism, the market mechanism, sebagaimana saya
sampaikan tadi, we have to create, we have to stimulate growth in order to
create more jobs. Dengan job ada income, dan akhirnya
kemiskinan akan berkurang. Tapi bagi negara berkembang, it's not enough,
kita mesti menjalankan to put a new deal, kita tetap memiliki
social safety net policy yang kita jalankan, contohnya kita
mengembangkan micro credit, micro finance untuk menggerakkan small and
medium entreprises. Tiap tahun kita alokasikan 20 triliun, itu sama dengan
two point some billion US $ untuk micro, small and medium
entreprises. Dunia usaha, business world juga bisa
berkontribusi dalam poverty reduction ini melaui CSR, Coorporate
Social Responsibility, dan juga dengan mendorong small and medium
entreprises.
Dalam setiap G-20 Summit, Indonesia sebagai
anggota, disamping semua membahas tentang perlunya menjaga open trade
and investment dan oppose protectionism, kita bicara how to
balance di global economic growth, bagaimana market can not go
unregulated misalnya, ada pembahasan tentang perlunya more prudent
financial arcithecture, pada tingkat global seperti itu, Indonesia, dan saya
sampaikan dalam summit itu, "Don't forget on the issues of
development, don't forget we have to narrow to development gap, we have
to talk about financial inclusion for developing countries, for the lead
developed countries", dengan demikian, jangan sampai the G-20
hanya memikirkan isu-isu yang dihadapi oleh ekonomi negara-negara maju, tapi
juga harus perduli bahwa lebih banyak lagi ekonomi negara berkembang, dan
ekonomi negara yang justru belum berkembang. Ini yang kita sampaikan, it is
really in line with our own strategy, yang saya katakan tadi, growth with
equity.
Kalau lima belas tahun mendatang, kita benar-benar bisa
mencapai growth with equity ini, Indonesia dengan ijin Tuhan Yang Maha
Kuasa, akan maju secara ekonomi, akan tentram secara sosial, akan stabil secara
politik, dan akan aman dari segi security. Bukankah saudara-saudara, bagi
rakyat Indonesia, kita ingin mewujudkan visi Indonesia, visi kita 2050, saya
melihat ada tiga, yang Insya Allah bisa kita capai pada tahun 2050, yaitu
strong and justice economy, kemudian stabil and mature democracy,
demokrasi yang stabil dan matang, kemudian peradaban yang
makin maju, more advanced civilazation. Itulah yang kita tuju, empat
puluh tahun dari sekarang, tapi mata rantainya mari kita bangun dulu, ekonomi
yang kuat dan adil lima belas tahun mendatang, sebagaimana yang saya sampaikan
tadi.
Dan saudara-saudara, apa yang saya ke depankan di hadapan
saudara semua tadi, inilah sesungguhnya pikiran dasar, visi, serta kebijakan dan
strategi ekonomi kita, ekonomi Indonesia lima belas, dua puluh tahun mendatang.
Saya percaya saudara-saudara, bahwa arah dan strategi ekonomi kita sudah benar.
Tujuh tahun terakhir ini, kita melihat progress, melihat
improvement, meskipun ada shock, ada discontinuity pada
tingkat global economy. Saya juga percaya, kalau ini kita jalankan terus,
kita bisa lebih berhasil lagi, tapi ada syarat, ada conditionalities-nya,
semua kekurangan, kelemahan, masalah yang saya sebutkan tadi, 1, 2, 3, 4, dan
seterusnya, mari kita perbaiki bersama-sama. Tidak perlu saling
salah-menyalahkan, tidak perlu melihat ke belakang, mari kita selesaikan secara
bersama masalah itu. Kemudian yang kedua, mellihat ke depan, melihat
globalization, melihat connectivity pada tingkat region, dan
pada tingkat dunia, mari terus kita cari dan ciptakan peluang. Kita harus
menjadi opportunity seekers, hanya orang yang bisa mendapatkan peluang
yang akan menang, demikian juga sebuah bangsa, sebuah ekonomi.
Saya juga mengajak mari kita jaga dan pelihara situasi dalam
negeri kita, termasuk stabilitas sosial dan stabilitas politik. Kalau
masyarakatnya rukun, patuh hukum, patuh pranata, politiknya stabil, meskipun
demokrasi harus tetap hidup, hak azazi manusia harus kita junjung tinggi,
kebebasan kita berikan ruang, tetapi demokrasi yang harus hadir adalah demokrasi
yang tertib, demokrasi yang stabil, sehingga itu menjadi bagian besar untuk
membangun our civilazation, dan last but not least, terutama saya
tujukan kepada saudara-saudara saya rakyat Indonesia, mari kita bekerja lebih
keras lagi, hanya dengan itu kita bisa mengubah keadaan. Tuhan tidak akan
mengubah nasib sebuah kaum, kecuali kaum itu, kita sendiri yang mengubah nasib
dan masa depan kita.
Itulah saudara-saudara, dan dengan tambahan pandangan dari saya
ini, saya harap diskusi pembahasan dalam konferensi ini lebih bulat, lebih
lengkap, sehingga membawa benefit bagi siapa saja, bagi kita, dan
tamu-tamu kita dari luar negeri, dengan harapan lets continue our partnership
and cooperation, untuk kepentingan dunia kita, kepentingan manusia sedunia.
NEW YORK, Jaringnews.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Hj Ani Bambang Yudhoyono beserta rombongan bertolak menuju New York, Amerika Serikat, dari Bandara Internasional Halim Perdanakusuma, Jakarta. Pesawat khusus kepresidenan Airbus 330-300 milik Garuda lepas landas pukul 14.00 WIB, Sabtu (22/9).
Ada tiga agenda utama kunjungan kerja ke New York ini yaitu menghadiri Sidang ke-67 Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Pertemuan High Level Panel (HLP) on the Post-2015 Development Agenda dan Indonesia Investment Day (IID). Selain itu, ada sejumlah agenda lain yang diikuti oleh Presiden SBY seperti menghadiri panel diskusi World Leadership Forum yang diadakan oleh Strategic Review Indonesia dan Foreign Policy Association (FPA) Amerika, pertemuan bilateral dan pertemuan dengan masyarakat Indonesia di Amerika.
Ada tiga agenda utama kunjungan kerja ke New York ini yaitu menghadiri Sidang ke-67 Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Pertemuan High Level Panel (HLP) on the Post-2015 Development Agenda dan Indonesia Investment Day (IID). Selain itu, ada sejumlah agenda lain yang diikuti oleh Presiden SBY seperti menghadiri panel diskusi World Leadership Forum yang diadakan oleh Strategic Review Indonesia dan Foreign Policy Association (FPA) Amerika, pertemuan bilateral dan pertemuan dengan masyarakat Indonesia di Amerika.
Di Sidang Majelis Umum PBB Presiden SBY berpidato pada pada sesi debat umum hari pertama Sidang ke-67 Majelis Umum PBB di Markas PBB, New York, Amerika Serikat, Selasa (25/9) pukul 13.05 waktu setempat atau Rabu (26/9) pukul 00.05 WIB. Dalam pidatonya ia menyampaikan pandangannya terkait perdamaian dunia, kemandulan PBB atasi krisis Suriah dan protokol anti penistaan agama.
Pada kesempatan lain, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama-sama dengan Presiden Liberia, Ellen Johnson Sirleaf dan Perdana Menteri Inggris David Cameron memimpin pertemuan pertama Panel Tingkat Tinggi Sekjen PBB tentang Agenda Pembangunan Pasca 2015, Selasa, 25/9 sore waktu setempat. Pada kesempatan ini SBY menegaskan bahwa pembangunan pasca 2015 hendaknya memajukan pembangunan yang berkeseimbangan (equitable development) dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan pemerataan (sustainable growth with equity).
Kehadiran SBY di New York cukup membanggakan Indonesia. Selama satu minggu berada di New York dengan agenda kegiatan yang padat, ia dianugerahi tiga penghargaan internasional. Ini berarti, kiprah dan kinerja Presiden SBY selama ini diakui oleh masyarakat internasional.
Tiga penghargaan tersebut adalah Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries, and Food Security (CTI-CFF), USABC 21st Century Economic Achievement dan medali penghargaan dari Foreign Policy Association (FPA).
Tiga penghargaan tersebut adalah Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries, and Food Security (CTI-CFF), USABC 21st Century Economic Achievement dan medali penghargaan dari Foreign Policy Association (FPA).
Penghargaan Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries, and Food Security (CTI-CFF) dan USABC 21st Century Economic Achievement diterima Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Hotel Oriental Mandarin, New York, Ameriksa Serikat, Senin (24/9) malam waktu setempat atau Selasa (25/9) pagi WIB.
Penghargaan CTI-FF diberikan oleh The Nature Conservancy, World Resources Institute (WRI) dan World Wildlife Fund (WWF), sedangkan penghargaan USABC 21st Century Economic Achievement diterima dari US-ASEAN Business Council. Lembaga-lembaga internasional tersebut mengapresiasi berbagai kemajuan ekonomi Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden SBY dan atas komitmen Indonesia dalam melestarikan lingkungan.
Medali penghargaan dari Foreign Policy Association (FPA) dianugerahkan pada Presiden SBY karena ia dinilai telah menjadi sosok pemimpin yang sungguh-sungguh menciptakan perdamaian dan kerjasama internasional. Penyerahan medali oleh Presiden FPA Noel Lateef dilakukan pada acara Diskusi Panel World Leadership Forum di Gedung Pricewaterhouse Coopers, New York, Amerika Serikat, Rabu (26/9) pukul 14.00 waktu setempat atau Kamis (27/9) dini hari di Indonesia.
Medali penghargaan dari Foreign Policy Association (FPA) dianugerahkan pada Presiden SBY karena ia dinilai telah menjadi sosok pemimpin yang sungguh-sungguh menciptakan perdamaian dan kerjasama internasional. Penyerahan medali oleh Presiden FPA Noel Lateef dilakukan pada acara Diskusi Panel World Leadership Forum di Gedung Pricewaterhouse Coopers, New York, Amerika Serikat, Rabu (26/9) pukul 14.00 waktu setempat atau Kamis (27/9) dini hari di Indonesia.
Tiga penghargaan tersebut tentu sebanding dengan kinerja SBY selama ini. Duncan L Niederaur, CEO NYSE Euronext, yang hadir pada acara Indonesia Investment Day di New York Stock Exchange (NYSE), Senin (24/9) juga mengakui kepemimpinan SBY. Pada acara yang untuk pertama kalinya dilakukan dalam sejarah RI itu ia memuji kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang telah mampu membawa ekonomi Indonesia melewati masa sulit, khususnya ketika di tahun 2008 saat krisis global terjadi. Duncan pun menyebut kepemimpinan SBY sangat "remarkable".(Deb / Deb)
5. Presiden SBY mendapatkan Penghargaan yang langka dari PBB "Global Champion for Disaster Risk Reduction."
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dianugrahi PBB sebagai Tokoh Dunia Bidang Pengurangan Risiko Bencana (Global Champion for Disaster Risk Reduction). Penghargaan itu disampaikan di Pertemuan Global Platform for Disaster Risk Reduction Third Session di Jenewa, Swiss, Selasa (10/5/2011) Pukul 14.30 waktu setempat atau pukul 19.30 WIB.
Dari PBB diwakili oleh United Nations Special Representative of the Secretary-General for Disaster Risk Reduction, Margareta Wahlstrom dengan disaksikan beberapa kepala negara, menteri dan 2.500 undangan dari 160 negara.
Penghargaan itu menjadi sangat bergengsi karena hanya diberikan kepada satu kepala negara di dunia dan hanya sekali saja. Artinya bukan suatu penghargaan tahunan atau berkala.
"Pada skala global saat ini dikenal 2 tokoh yang terkait dengan isu lingkungan yaitu Al Gore sebagai tokoh perubahan iklim global dan SBY sebagai tokoh dunia bidang pengurangan risiko bencana," ungkap DR. Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB kepada Tribunnews, Rabu (11/5/2011).
"Pada skala global saat ini dikenal 2 tokoh yang terkait dengan isu lingkungan yaitu Al Gore sebagai tokoh perubahan iklim global dan SBY sebagai tokoh dunia bidang pengurangan risiko bencana," ungkap DR. Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB kepada Tribunnews, Rabu (11/5/2011).
Indonesia dinilai oleh PBB telah mencapai kemajuan yang luar biasa dalam pengurangan risiko bencana (PRB). Penghargaan tersebut diharapkan juga akan memacu percepatan upaya pengurangan bencana di dunia.
Dalam sambutan penerimaan penghargaan tersebut, dalam tayangan video yang direkam sebelumnya di Indonesia, Presiden SBY menyatakan bahwa penghargaan ini adalah suatu bentuk pengakuan dunia akan kerja keras berbagai pihak di berbagai bidang yang terkait dengan penanggulangan bencana di Indonesia, khususnya PRB.
"Sebagai satu di antara negara paling rawan bencana, bangsa Indonesia haruslah mampu hidup harmoni dengan risiko bencana. Artinya manajemen PRB harus menjadi bagian dalam setiap strategi pembangunan nasional, baik jangka pendek, menengah, dan panjang," ucapnya.
Sejak bencana besar tsunami Aceh tahun 2004, bangsa Indonesia terus berupaya membangun sistem nasional penanggulangan bencana. Mulai dari legislasi, kelembagaan, perencanaan, pendanaan dan pengembangan kapasitasnya agar penyelengaraan penanggulangan bencana dapat berjalan lebih baik.
Sejak bencana besar tsunami Aceh tahun 2004, bangsa Indonesia terus berupaya membangun sistem nasional penanggulangan bencana. Mulai dari legislasi, kelembagaan, perencanaan, pendanaan dan pengembangan kapasitasnya agar penyelengaraan penanggulangan bencana dapat berjalan lebih baik.
Berbagai capaian yang dinilai sangat positif oleh PBB antara lain, ditetapkannya UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan BPBD, dan Platform Nasional Pengurangan Risiko Bencana (Planas PRB) dan Platform Daerah PRB, tersusunnya Rencana Nasional Penanggulangan Bencana dan Rencana Aksi Nasional PRB, dan sebagainya.
Presiden Yudhoyono terus meminta BNPB dan lembaga pemerintah serta masyarakat terus peduli menghadapi tantangan penanganan potensi dan bencana alam. Dengan demikian, dapat dikurangi jumlah korban dan kerusakan yang diakibatkan oleh bencana alam.
6. SBY Mendapat Gelar Kesatria dari Ratu Inggris.
LONDON, KOMPAS.com — Pesawat kepresidenan Garuda Indonesia yang membawa Presiden RI Susilo Bambang Yuhoyono dan Ny Ani Yudhoyono beserta rombongan mendarat di Terminal 5 Bandara Internasional Heathrow, London, Selasa (30/10/2012) sekitar pukul 18.00 waktu setempat.
Dalam lawatannya ke Inggris ini, Presiden SBY didampingi Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Menteri ESDM Jero Wacik, Menteri Pendidikan M Nuh, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu, Ketua DPR Marzuki Alie, Ketua DPD Irman Gusman, Ketua Komisi II DPR Agun Gunanjar, serta dua putra Yudhoyono, yakni Edhi Baskoro Yudhoyono dan Agus Harimurti Yudhoyono.
Sebelumnya, Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah mengatakan bahwa Presiden SBY akan memperoleh gelar penghargaan dari Ratu Inggris Elizabeth II.
"Nama penghargaannya ’Knight Grand Cross in the Order of the Bath’. Ada tiga kelas dari Order Bath dan Bapak Presiden yang tertinggi," kata Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah, seperti dikutip kantor berita Antara, Senin (29/10/2012).
Menurut Faizasyah, penghargaan ini juga pernah diberikan kepada pemimpin asing, di antaranya mantan Presiden Amerika Serikat Ronald Reagen, mantan Presiden Perancis Jacques Chirac, dan Presiden Turki Abdullah Gul.
Knight Grand Cross in the Order of Bath merupakan kelas tertinggi dari Order of Bath. Penghargaan ini pertama kali diberikan oleh Raja George I pada 1725. Penghargaan ini diberikan kepada mereka yang memiliki prestasi menonjol baik dari kalangan militer maupun masyarakat sipil.
Sementara itu, kunjungan kenegaraan Presiden Yudhoyono ke Kerajaan Inggris kali ini untuk memenuhi undangan Ratu Elizabeth II, dan merupakan yang pertama setelah era Presiden Soeharto pada 1979.
Menurut Faizasyah, selain bertemu dengan Ratu Elizabeth II, Presiden juga dijadwalkan akan bertemu dengan Pangeran Charles, Perdana menteri David Cameron, Ketua Partai Liberal Demokrat Nick Clegg, dan pemimpin oposisi Ed Miliband.
Presiden Yudhoyono juga akan menyampaikan pidato di beberapa forum, termasuk di antaranya di hadapan All-Party Parliamentary Group on Indonesia, Royal College for Defense Studies, dan Wilton Park.
Namun, menurut Direktur Eksekutif Institut Ekonomi Politik Soekarno-Hatta (IEPSH), Hatta Taliwang, penganugerahan “Guard of Honour” dari Ratu Elizabeth II kepada Presiden SBY dinilai sangat aneh dan tidak jelas apa maksudnya. Apalagi, Staf Ahli Presiden Bidang Hubungan Internasional tidak menjelaskan secara detail, kenapa SBY diberikan penghargaan tersebut.
“Memang penghargaan kepada Presiden RI tidak aneh. Namun, semua penghargaan yang diberikan kepada Presiden-presiden RI terdahulu didapat karena alasan-alasan yang masuk akal,” katanya kepada LICOM, Kamis (01/11/2012).
***
Bagi yang meyakini bahwa prestasi fenomenal ini berkat keberuntungan, ini dia buktinya:
1. Ketua Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM-UI), Muhammad Chatib Basri (18/03/2010) menyatakan Indonesia diselamatkan dari krisis karena nilai ekspor tidak terlalu besar dalam perdagangan di Asia. "Share ekspor Indonesia hanya 11,2 persen, sangat jauh jika dibandingkan dengan Filipina yang berkontribusi 29 persen, ataupun China sebesar 20,1 persen.
Ada beberapa perbedaan antara krisis keuangan yang terjadi pada 2008 dengan 1998. Pada 2008, suku bunga cukup rendah dan sistem perbankan relatif sehat, namun pada 1998 yang terjadi justru sebaliknya. "Pada 1998 harga listrik dinaikkan, pada 2008 fiskal dilepas. Dulu bank ditutup, sekarang tak ada bank yang bangkrut".
2. Pengamat politik dan ekonomi Faisal Basri (28/01/2009) mengatakan tidak banyak pengusaha Indonesia yang bermain saham di dunia internasional. Dengan demikian, risiko mereka terimbas krisis global relatif lebih sedikit.
***
Bagi yang melihat bahwa prestasi Presiden SBY berupa pengakuan dan penghargaan prestisius dari berbagai petinggi lembaga dunia yang terhormat dan pemimpin negara-negara yang terkemuka dalam kepimimpinannya membawa Indonesia menjadi hanya beberapa negara saja di dunia yang selamat bahkan berhasil mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi >6% per tahun tatkala krisis finansial melanda dunia 2008 tidaklah polos dan tidak berdiri sendiri, mestinya punya argumen yang kuat, bukan?
So, mari kita buka kembali intisari dari rangkaian topik sebelumnya.
Pertama, sejak 2005, semua perjanjian khusus berskala dunia mengenai peruntukan dana amanah hangus, yang berarti kalau dana amanah itu mau dicairkan, harus diadakan lagi perjanjian induk yang baru. Dan untuk bisa itu terjadi, pemegang amanah yang asli harus bisa dihadirkan, yang identitas dirinya harus klop dengan dua kode registrasi “BPKB” dan “STNK” kepemilikan asset cadangan emas penjamin dana amanah - yakni atas nama Kerajaan Sunda Nusantara Parahyangan, dan nama Soewarno - yang ada di gudangnya. Artinya, harus ada yang menjemput, dan yang menjemput pun tentu harus pemain yang asli pula. Itu kalau si pemegang amanah bisa ditemukan dan mau dijemput setelah yakin bahwa yang menjemputnya otentik, barulah si pemegang amanah bisa berangkat dan dihadirkan. Lalu setelah mendapat restu dari sang “penjaga gudang” asset dana amanah yaitu Nabi Khidir as dan Nabi Ilyas as di tempat yang sudah ditentukan untuk menggunakan dana amanah selaku pemegang hak veto tunggal dunia, barulah perjanjian induk yang baru diatur dan disyahkan, sudah barang tentu sesuai persis dengan petunjuk-Nya dan ketetapan-Nya, Gusti Allah Yang Maha Pengatur, Maha Kaya dan Maha Adil.
Kedua, medio 2008, sebagian kecil asset cadangan emas nomer slot 17, 18, 19, 20 dari gudangnya di Lugano yang selama berpuluh tahun belum pernah disentuh, ternyata ada yang mencairkan. Karena sifat pencairannya yang ajaib, diam-diam ditransfer dari kas Bank Dunia ke Bank Indonesia, maka dapat disimpulkan seberapa tinggi ilmu kesaktian si pemegang amanah, bukan?
Berdasarkan kedua hal di atas, sekarang mari kita coba runut peristiwa-peristiwa pasca medio 2008 berikut ini:
1-5 November 2008: Prince of Wales, Pangeran Charles, datang ke Indonesia, ada yang memberitakan atas inisiatif sendiri, atas undangan Pemerintah Indonesia, tapi ada juga yang memberitakan itu atas permintaan Pemerintah Inggris. Selain mengunjungi Museum Arsip Nasional, dan ke kawasan hutan restorasi di Desa Bungku, Jambi, yang menarik adalah kunjungannya ke Masjid Istiqlal dalam konteks beliau tertarik mempelajari Islam. Dan yang lebih menarik adalah kunjungannya ke DI Yogyakarta. Ngapain ya dan apa kira-kira yang diobrolin sama Sri Sultan HB X yang kebetulan permaisuri tercintanya Kanjeng Ratu Hemas nun asli berdarah biru Cirebon?
24-25 Februari 2011: Christine Legarde, selaku Menteri Ekonomi, keuangan, dan Industri Republik Perancis berkunjung ke Indonesia. Selain bertemu beberapa pejabat tertinggi negara membicarakan hubungan bilateral kedua negara, juga bertukar pandangan mengenai isu-isu penting multilateral dan agenda di Forum G20 yang untuk periode tahun 2011 ini di bawah kepemimpinan Perancis. Indonesia, yang merupakan anggota Forum G20 dan juga memimpin ASEAN untuk periode 2011, merupakan mitra penting bagi Perancis. Kedua negara bekerja secara khusus membidangi masalah pemberantasan korupsi dalam salah satu kelompok kerja G20.
30 Januari – 03 Februari 2012: Raja Swedia Carl XVI Gustav mengunjungi Indonesia. Kunjungan tersebut diantaranya dilakukan Raja Swedia dalam kapasitasnya sebagai Ketua World Scout Foundation untuk memenuhi undangan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.
04 April 2012: Putri Kerajaan Belanda bertandang ke Istana Negara, Jakarta. Putri tersebut di terima oleh Pemilik Rumah (Istana Negara), tak lain adalah Presiden Republik Indonesia, Dr.H.Susilo Bambang Yudhoyono. Putri Kerajaan Belanda tersebut adalah Putri Maxima atau Her Royal Highness Princess Maxima of The Netherlands atau Hare Koninklijke Hoogheid Prinses Máxima der Nederlanden atau Máxima Zorreguieta Cerruti. Putri Maxima adalah Isteri dari Putra Mahkota Kerajaan Belanda, Pangeran Willem Alexander atau Menantu dari Ratu Beatrix.
Kunjungan Putri Maxima ke Indonesia adalah sebagai Utusan Khusus Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam rangka misi sebagai Special Advocate Secretary General United Nation for Inclusive Finance for Development. Sebenarnya menurut Saya ada yang aneh jikalau Putri Maxima datang ke Indonesia sebagai Utusan Khusus Ratu Beatrix.
10 Juli 2012: Christime Legarde, datang lagi berkunjung ke Indonesia, tapi kali ini selaku boss IMF. Setibanya di sini, Legarde berkomentar ekonomi Indonesia “solid dan menggembirakan”. Selain berkunjung ke Wapres Boediono yang sebelumnya adalah Gubernur Bank Indonesia, Legarde menemui Presiden SBY. Pertemuan dengan SBY pada 10 Juli 2012 kemungkinan Legarde akan menagih kontribusi Indonesia kepada IMF.
10 Juli 2012: Kanselir Jerman Angela Merkel, hari Selasa (10/07) tiba di Jakarta. Dalam kunjungan pertamanya sebagai Kanselir ke Indonesia itu, Merkel akan bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan kalangan pengusaha. Namun seorang pembantu senior yang dekat dengan Merkel menyebut bahwa dalam agenda tak ada kerjasama perdagangan atau kontrak bisnis khusus yang akan ditandatangani selama kunjungan. Pembantu dekat Merkel itu juga menyebut tak ada jadwal menggelar pembicaraan dengan Direktur IMF Christine Lagarde yang pada saat bersamaan juga sedang mengunjungi Jakarta.
26 November 2012: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kedua kanan) dan Ibu Negara Ny Ani Yudhoyono menerima kunjungan Putra Mahkota Norwegia, Hakoon Magnus dan Putri Mette-Marit di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (26/11). Pertemuan antara Presiden dan Putra Mahkota Norwegia tersebut membahas peningkatan kerja sama di berbagai isu prioritas, antara lain lingkungan hidup, energi, perdagangan, dan investasi. Pertemuan ini juga akan dimanfaatkan untuk membahas isu-isu regional dan global yang menjadi perhatian bersama. Norwegia merupakan salah satu mitra utama Indonesia di Eropa, termasuk dalam pengembangan kerjasama di bidang kehutanan dan lingkungan hidup
Ketika berkunjung ke Keraton Yogyakarta, Rabu (28/11), Raja Yogyakarta, Sri Sultan HB X (kedua kanan) didampingi istri, GKR Hemas (kanan) menjelaskan mengenai wayang kepada Putra Mahkota Kerajaan Norwegia Haakon Magnus (kedua kiri) dan Putri Mette Marift (kiri). Kunjungan tersebut dalam rangka penjajakan kerja sama dalam pemberdayaan masyarakat adat dan lingkungannya. (ANTARA/Regina Safri/rsj).
***
Sekilas lintas semua kunjungan agung di atas tidak saling berkaitan satu dengan lainnya. Tapi kalau dicermati lebih detail, sejarah mencatat bahwa nun dahulu kala di abad 18 ada 12 kerajaan yang menandatangani bersama dokumen induk asset dinasti. Tatkala negerinya terpuruk nyaris bangkrut karena terkena krisis finansial global 2008, maka bukan mustahil mereka masing-masing membuka kembali arsip sejarah lama – dokumen induk yang ditandatangani 12 kerajaan - dan akhirnya menemukan kesimpulan yang sama bahwa kalau mau negerinya bangkit pulih kembali diperlukan dana segar yang besar, alhasil mau tidak mau mereka harus merayu si pemegang dana amanah agar bersedia duduk bersama merumuskan perjanjian induk (dinasti) yang baru. Mereka tahu bahwa si pemegang amanah ada di Indonesia, dan karena di atas peta riil saat ini tidak ada yang namanya Kerajaan Sunda Nusantara Parahyangan, maka lalu who knows mereka bertanya kepada SBY dan atau HB X. Wajar, bukan? Demikian pula petinggi negara sekuat Jerman pun menyempatkan diri jauh-jauh datang ke sini untuk keperluan yang sama.
***
Jawabannya?
Wallahualam!
Hanya saja, kalau kita simak kiprah perjalanan prestisius Presiden SBY di dunia internasional, yakni:
27 September 2012: Pada hari kedua Sidang Umum Majelis PBB, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berpidato dalam diskusi panel World Leadership Forum ke-12 bertajuk Defining the Future: How Emerging Powers can Reshape the World. Setelah itu Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon minta SBY – bersama-sama dengan Presiden Liberia, Ellen Johnson Sirleaf dan Perdana Menteri Inggris David Cameron - menyusun Usulan Baru MDGs pasca 2015 yang akan menjadi acuan seluruh negara di dunia, dalam tempo 9 bulan.
1 November 2012: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono beserta rombongan akan bertolak menuju ke London, Kerajaan Inggris pada tanggal 30 Oktober 2012. Di London, Presiden melakukan kunjungan kenegaraan memenuhi undangan Ratu Elizabeth II. Selama di London mulai 30 Oktober hingga 3 November, selain menghadiri serangkaian acara kenegaraan yang dihadiri Ratu Elizabeth II, Presiden SBY juga akan melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Inggris, David Cameron. Presiden juga menyampaikan pidato di beberapa forum, termasuk di antaranya di hadapan All-Party Parliamentary Group on Indonesia, Royal College for Defence Studies, dan Wilton Park. Presiden SBY juga akan menghadiri pertemuan Co-Chairs High Level Panel on Post-MDGs dengan para anggota panel. Pertemuan ini merupakan pertemuan kedua setelah pertemuan pertama berlangsung di sela-sela Sidang Umum Majelis PBB ke-67 di New York bulan September lalu. Adapun selain Presiden Yudhoyono, ketua bersama lainnya adalah Perdana Menteri Inggris dan Presiden Liberia.
01 Februari 2013: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terbang 19 jam ke Monrovia, Liberia. untuk melaksanakan mandat PBB merumuskam program-program pembangunan dunia, terutama bagaimana mengentaskan kemiskinan pasca 2015.
25-27 Maret 2013: Presiden SBY akan memimpin pertemuan keempat High-Level Panel (HLP) of Eminent Persons on Post-2015 Development di Bali.
Sebelumnya pada pertemuan di Monrovia, SBY telah mengidentifikasi adanya 3 kelompok pemikiran terkait tindak lanjut komitmen MDGs.
"Pertama adalah mengadopsi MDGs sbegaimana yang ada dengan memperkuatnya. Kedua, melanjutkan sasaran MDGs dan mengidentifikasi target-target baru. Ketiga, menyusun target pembangunan baru untuk agenda pasca-2015," ungkap Faiza seperti dilansir setkab.go.id.
Terlepas dari ketiga pemikiran yang berkembang itu, menurut Faiza, SBY menilai MDGs telah banyak membawa banyak manfaat. Oleh karena itu apa yang telah dicapai selama ini perlu dilanjutkan dan diperkuat. Bila dianggap perlu, dapat ditambahkan beberapa target pembangunan baru.
Terlepas dari ketiga pemikiran yang berkembang itu, menurut Faiza, SBY menilai MDGs telah banyak membawa banyak manfaat. Oleh karena itu apa yang telah dicapai selama ini perlu dilanjutkan dan diperkuat. Bila dianggap perlu, dapat ditambahkan beberapa target pembangunan baru.
Faiza juga memaparkan, pada setiap kesempatan pertemuan tersebut SBY selalu menggarisbawahi arti penting agenda pembangunan pasca-2015 dalam memperhatikan suatu pembangunan berkelanjutan yang berkeadilan (sustainable growth with equity).
"Agenda ini harus menggarisbawahi tantangan-tantangan yang dihadapi untuk memenuhi kebutuhan 9 miliar penduduk dunia, itu berarti memperhatikan kebutuhan pangan yang makin meningkat, energi, lapangan pekerjaan, infrastruktur, dan lingkungan," ungkapnya.
Selain itu, Faiza juga memperkirakan HLP kali ini akan memunculkan Komunike Bali yang akan mencerminkan jalannya pembahasan pertemuan dan langkah-langkah bagi pencapaian agenda pembangunan pasca-2015.
"Agenda ini harus menggarisbawahi tantangan-tantangan yang dihadapi untuk memenuhi kebutuhan 9 miliar penduduk dunia, itu berarti memperhatikan kebutuhan pangan yang makin meningkat, energi, lapangan pekerjaan, infrastruktur, dan lingkungan," ungkapnya.
Selain itu, Faiza juga memperkirakan HLP kali ini akan memunculkan Komunike Bali yang akan mencerminkan jalannya pembahasan pertemuan dan langkah-langkah bagi pencapaian agenda pembangunan pasca-2015.
"Hasil akhir dari Panel Tingkat Tinggi akan disampaikan ke Sekjen PBB pada akhir Mei 2013 mendatang, dan selanjutnya dibahas dalam forum Majelis Umum PBB," pungkas Faiza. (Tnt)
***
Dari seluruh rangkaian peristiwa yang sudah, sedang dan akan berlangsung tersebut, Presiden SBY bulan Mei 2013 bukan hanya diminta mempresentasikan konsep MDGs Pasca 2015 kepada dunia di depan forum Majelis Umum PBB, tapi patut diduga Presiden SBY patut diduga akan “ditagih” oleh Mr. Ban Ki-moon, Mrs. Christine Legarde, Mrs. Angela Merkel, Mr. David Cameron, maupun Mr. Barack Obama, yang kira-kira pertanyaannya – maaf - seperti ini: mana dia si pemegang dana amanah? Dibawa sekalian nggak? Masa udah sekian taun ngga ketemu aja? ‘Kan MDGs butuh duit untuk merealisasikannya? Makanya ente ditunjuk jadi tim perumus ‘pan itu maksud sebenernya mah?
Wallahualam!
Salam.
No comments:
Post a Comment